Selasa, 05 Maret 2019

Ekonomi SDM dinamika Pasar Kerja (Pengangguran)



PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan pokok perekonomian Indonesia adalah masalah pengangguran. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah - masalah sosial politik yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat besar dan kompleks.
Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997, membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8%. Padahal masalah pengangguran erat  kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbukan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbukan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan  dan menimbulkan jumlah pengangguran di Indonesia bertambah.  Bayangkan, pada 1997, jumlah pengangguran terbuka mencapai 4,18 juta.
Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang dialami oleh banyak negara. Begitu seriusnya maslah ini sehingga dalam setiap rencana pembangunan ekonomi masyarakat selalu dikatakan dengan tujuan untuk menurunkan angka pengangguran. Namun kebijaksanaan pemecahan sudah barang tentu harus dialamatkan kepada apa yang menjadi penyebabnya. Oleh Karena itu setiap Analisa masalah-masalah ini untuk mengetahui penyebab permasalahan atau profil masalahnya.[1]
Pengangguran adalah sebutan untuk suatu keadaan dimana masyarakat tidak bekerja sama sekali, sedamg mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu atau seseorang yang sedang mencari pekerjaan yang layak. Keadaan yang ideal, diharapkan besarnya kesempatan kerja yang tersedia sama dengan besarnya angkatan kerja, sehingga semua angkatan kerja akan mendapatkan pekerjaan. Namun pda kenyataannya keadaan tersebut sulit untuk dicapai. Umumnya kesempatan kerja lebih sedikit dari pada angkatan kerja, sehingga tidak semua angkatan kerja mendapatkan pekerjaan maka timbullah pengangguran.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain: perusahaan yang menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif,  peraturan yang menghambat inventasi, hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain - lain

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pengangguran
Kata pengangguran tidak asing lagi kita dengar, banyak pengangguran dimana-mana. Sebuah lembaga pendidikan tidak dapat menjamin berkurangnya pengangguran, bahkan banyak lulusan sarjana yang mengaggur. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan yang tinggi tidak dapat menjamin seseorang mendapat pekerjaan. Pengangguran (UN-EMPL) adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak miliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan.[2]
Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Menurut Sudono Sukirno pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah - masalah sosial lainnya.
Pengangguran (unemployment) merupakan kenyataan yang dihadapi tidak saja oleh negara-negara sedang berkembang (developing countries), akan tetapi juga oleh negara-negara yang sudah maju (developed countries). Secara umum, pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kataegori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi secara aktif mencari pekerjaan tidak dapat digolongkan sebagai pengangguran. Untuk mengukur pengangguran didalam suatu negara biasanya digunakan apa yang dinamakan tingkat pengangguran (unemployment rate), yaitu jumlah penganggur dinyatakan sebagai persentase dari total angkatan kerja (labor force). Sedangkan angkatan kerja itu sendiri adalah jumlah orang yang bekerja dan tidak bekerja, yang berada dalam kelompok umur tertentu (di Indonesia misalnya, yang termasuk dalam angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas).
Pengangguran pada prinsipnya mengandung arti hilangnya output (loss of output) dan kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja (human misery), dan merupakan suatu bentuk pemborosan sumberdaya ekonomi. Disamping memperkecil output, pengangguran juga memacu pengeluaran pemerintah lebih tinggi untuk keperluan konpensasi pengangguran dan kesejahteraan. Hal ini terutama terjadi di negara-negara maju dimana negara atau pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan tunjangan bagi para penganggur.[3]
2.2. Angkatan Kerja Dan Pengangguran
Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang benar-benar mau bekerja memproduksi barang dan jasa. Di Indonesia angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 10 tahun keatas yang benar-benar mau bekerja. Mereka yang mau bekerja ini terdiri dari yang benar-benar bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau yang sedang mencari kerja.
Penduduk yang sedang mencari kerja ini dapat disebut penganggur atau yang dikenal dengan penganggur terbuka tau penganggur penuh. Selain pengangguran terbuka ada juga pengangguran terselubung (setengah pengngguran). Pengangguran terselunnbung ini menuunjukan mereka yang tidak bekerja secara penuh.
Pendekatan labor utilazation approach (penggunaan tenaga kerja) menitikberatkan pada seseorang apakah dia cukup dimanfaatkan daalam bekerja (under utilized). Dimana pendekatan ini dilihat dari segi jumlah jam kerja, produktifitas kerja dan jumlah pendapatan yang diperoleh.
Dalam pendekatan ini angkatan kerja dibedakan atau dikelompokan menjadi 3 golongan yaitu :
1.      Pengangguran terbuka (opem unemployed) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari pekerjan
2.      Setengah menganggur (under employed), mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi jumlah jam kerja, produktifitas kerja dan jumlah pendapatan yang diperoleh
3.      Bekerja penuh, yaitu orang yang memanfaatkan jam kerja secara penuh dalam pekerjaanya, kurang lebih 8 jam sampai 10 jam per hari.
Setengah pengangguran dapat digolongkan berdasarkan jumlah jam kerja, produktifitas kerja dan jumlah pendapatan yang diperoleh. Dalam hal ini digolongkan kedalam dua kelompok yaitu :
a.       Setengah penganggur kentara (visible underemployed), yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu.
b.      Setengah pengganggur tidak kentara (invisble undeemployed) atau disebut juga pengangguran terselubung (disguised employed), yaitu mereka yang produktifitas kerja dan pendapatan rendah
Keadaan semua yang tergolong usia lebih dari 16 tahun yang aktif mencari kerja atau sedang menunngu penarikan dari suatu pekerjaan. Dalam angkatan kerja ini bagi mereka yang tidak bekerja disebut pengangguran. [4]
2.3. Jenis-jenis Pengangguran
Di lihat dari sebab-sebab timbulnya, pengangguran dapat dibedakan kedalam beberapa jenis sebagai berikut:
a.       Jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya.
  1. Pengangguran normal atau friksional
Pengannguran sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja maka ekonomi itu sudah dipandang sebagai mencapai kesempatan kerja penuh. Pengangguran sebanyak 2 atau 3% tersebut dinamalam pengguran normal atau pengangguran friksional. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak memperoleh kerja, tetapi karena sedang mencari pekerja yang lebih baik.
  1. Pengangguran siklikal
Dalam perekonomian adakalanya permintaan agregat lebih tinggi, dan ini mendorong pengusaha menaikkan produksi. Lebih banyak pekerja baru di gunakan dan pengguran berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya permintaan agregat menurun dengan banyaknya. Kemorosatan permintaan agregat ini mengakibatkan perusahan mengurangi tenaga kerja, maka pengguran akan bertambah. Pengangguran seperti ini dinamakan pengangguran siklikal.
  1. Pengangguran struktural
Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akn terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran Kemorosotan ini di timbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor. Kemorosotan juga akan menyababkan kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun. Dan sebagian tenaga kerja terpeksa di berhentikan dan menjadi penganggur. Pengangguran ini dinamakan pengangguran struktural. Dinamakan demikian karena ia disebabkan oleh perubahan struktur perubahan ekonomi.
  1. Pengangguran teknologi
Pengangguranteknologi ditimbulkan karena adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia
b.      Jenis pengangguran berdasarkan cirinya
  1. Pengangguran terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
  1. Pengangguran tersembunyi
Pengangguran ini terutama berasal dari sektor pertanian dan jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung pada banyak faktor. Dibanyak negara berkembang sering kali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari sebenarnya diperlukan. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.
  1. Pengangguran bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Contohnya pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim
  1. Setengah menganggur
Setengah menganggur yaitu pekerja-pekerja yang tidak bekerja sepenuh waktu dan jam kerja mereka lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin bekerja 1 hingga 2 hari seminggu atau 1 hingga 4 hari. Pekerja seperti ini digolongkan sebagai setengah mengaggur atau underemployed.[5]
2.4. Penyebab Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakatakan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
2.5. Konsep Pengangguran Terbuka
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal. Pengangguran terbuka juga di artikan sebagai mereka yang benar-benar tidak bekerja baik secara sukarela ataupun karena terpaksa.[6]
Pengangguran terbuka (Open unemployment) Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Penyebabnya antara lain:
1.      Tidak tersedianya lapangan kerja.
Hubungan antara jumlah penduduk, angkatan kerja, kesempatan kerja, dan pengangguran: Antara jumlah penduduk, kesempatan kerja, dan pengangguran terdapat hubungan yang sangat erat antara satu sama lain. Hubungan ini dapat dilihat dari bahwa jumlah angkatan kerja dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang telah masuk usia kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja dalam pasar tenaga kerja. Negara yang jumlah penduduknya banyak, berarti memiliki angkatan kerja yang banyak. Mengingat sangat terbatasnya lapangan kerja, maka sebagian angkatan kerja tersebut tidak mendapat kesempatan kerja atau lapangan kerja, sehingga akan terjadi pengangguran.
Intinya, jika jumlah penduduk tinggi maka angkatan kerja akan naik atau tinggi pula, dan dengan begitu kesempatan kerja semakin berkurang yang dikarenakan terbatasnya lapangan pekerjaan, sebagian angkatan kerja tersebut tidak mendapat kesempatan kerja lapangan kerja, maka akan terjadi pengangguran.
2.      Lapangan kerja yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Budaya pilih-pilih pekerjaan Pada dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan. Dan lagi ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka yang didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi). Sehingga tidak heran kita melihat banyak orang yang bekerja tapi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
3.      Tidak berusaha mencari pekerjaan secara keras karena memang malas.
Pemalas, Selain budaya memilih-milih pekerjaan, budaya (negatif) lain yang menjamur di Indonesia adalah budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang ditempuh adalah dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
2.6. Profil Pengangguran
Informasi mengenai profil pengangguran  sangat diperlukan oleh pengambil keputusan terutama dalam rangka penanganan dan penangulangan masalah pengangguran. Keterangan sesungguhnya tentang pengangguran itu akan sangat  membantu para perencana dalam menentukan program-program yang tepat dalam penanganan masalah ini. Dengan mengetahui profil pengangguran ini, pengambil kebijakan dapat lebih memfokuskan program-program penanggulangan pengangguran menjadi lebih tepat sasaran. Dan dengan sendirinya angka pengangguran yang tergolong sangat mengkhawatirkan saat ini dapat diatasi atau paling tidak dikurangi.
            Informasi yang paling sesuai dengan profil pengangguran ini adalah informasi tentang karakteristik pengangguran, baik pengangguran terbuka maupun jenis setengah  pengangguran. Karakteristik pengangguran dapat ditinjau dari :
1.      jenis kelamin
2.      kelompok umur
3.      Serta tipe penyebaran serta tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh para penganggur.
Kebijakan tentang pengangguran
1.      Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar. Serta pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara mandiri dan andal bersaing di bidangnya. Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama dan lingkungan usaha yang menunjang dan mendorong terwujudnya pengusaha kecil dan menengah yang mampu mengembangkan usaha, menguasai teknologi dan informasi.
2.      Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia.
3.      Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus. Secara teknis dan rinci.
4.      Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan lapangan kerja.
5.      Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-daerah yang belum tergali potensinya) dengan melakukan promosi-promosi keberbagai negara untuk menarik para wisatawan asing, mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja daerah setempat.
6.      Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut maka kegiatan proses produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara bersama-sama. Contoh, PT Krakatau Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL Indonsia untuk memasok kebutuhan bahan baku berupa pelat baja.
7.      Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan menikah pada usia dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru atau melancarkan sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang jarang penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau peternakan oleh pemerintah.
8.      Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil. Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
9.      Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang berorientasi kompetensi. Karena sebagian besar para penganggur adalah para lulusan perguruan tinggi yang tidak siap menghadapi dunia kerja.
10.  Segera mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Indonesia mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi kelautan dan pertanian Indonesia perlu dikelola secara baik dan profesional supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif


2.7.        Dampak Pengangguran Terhadap Ekonomi Masyarakat
Tingginya tingkat pengangguran dalam sebuah perekonomian akan mengakibatkan kelesuan ekonomi dan merosotnya tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai akibat penurunan pendapatan masyarakat. Dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini :
a.       Pendapatan Per Kapita
Orang yang menganggur berarti tidak memiliki penghasilan sehingga hidupnya akan membebani orang lain yang bekerja. Dampaknya adalah terjadinya penurunan pendapatan per-kapita. Dengan kata lain, bila tingkat pengangguran tinggi maka pendapatan per kapita akan menurun dan sebaliknya bila tingkat pengangguran rendah pendapatan per kapita akan meningkat, dengan catatan pendapatan mereka yang masih bekerja tetap.
b.      Pendapatan Negara
Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa berupa upah/gaji, Upah/gaji tersebut sebelum sampai di tangan penerima dipotong pajak penghasilan terlebih dahulu. Pajak ini merupakan salah satu sumber pendapatan negara sehingga bila tidak banyak orang yang bekerja maka pendapatan negara dari pemasukan pajak penghasilan cenderung berkurang.
c.       Beban Psikologis
Semakin lama seseorang menganggur semakin besar beban psikologis yang ditanggungnya. Orang yang memiliki pekerjaan berarti ia memiliki status sosial di tengah-tengah masyarakat. Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dalam jangka waktu lama akan merasa rendah diri ( minder ) karena statusnya yang tidak jelas.



d.      Munculnya Biaya Sosial
Tingginya tingkat pengangguran akan menimbulkan pengeluaran berupa biaya-biaya sosial seperti biaya pengadaan penyuluhan, biaya pelatihan, dan biaya keamanan sebagai akibat kecenderungan meningkatnya tindak kriminalitas.

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang dialami oleh banyak negara. Begitu seriusnya maslah ini sehingga dalam setiap rencana pembangunan ekonomi masyarakat selalu dikatakan dengan tujuan untuk menurunkan angka pengangguran.
Konsep Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi, (Jakarta : Raja Wali Pers, 2013)
Sumarsono, Sony , Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : graha ilmu)


[1] Sony Sumarsono , Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : graha ilmu), hlm : 49
[2] Ibid, hlm.129
[3] Muana Nanga, Makro Ekonomi (Teori, Masalah, dan Kebijakan), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), Hlm: 249
[4] Sony sumardono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia, hlm. 49
[5] Sadono Sukirno, MAKRO EKONOMI, (Jakarta : Raja Wali Pers, 2013), hlm: 328-330
[6] Sony sumardono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia, hlm. 260

[7] Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Aceh Tahun 2013-2015. Aceh: Badan Pusat Statistik.
[8] Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Aceh Tahun 2008-2016. Aceh: Badan Pusat Statistik.
[9] Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Aceh Tahun 2008-2016. Aceh: Badan Pusat Statistik.