PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan pokok perekonomian
Indonesia adalah masalah pengangguran. Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah -
masalah sosial politik yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan
kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis
ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja
menjadi sangat besar dan kompleks.
Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi
pada pertengahan 1997, membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk.
Sejak itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8%.
Padahal masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.
Jika pertumbukan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap
pertumbukan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400
ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya
akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata
2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang
tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran di
Indonesia bertambah. Bayangkan, pada 1997, jumlah pengangguran terbuka
mencapai 4,18 juta.
Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan
yang dialami oleh banyak negara. Begitu seriusnya maslah ini sehingga dalam
setiap rencana pembangunan ekonomi masyarakat selalu dikatakan dengan tujuan
untuk menurunkan angka pengangguran. Namun kebijaksanaan pemecahan sudah barang
tentu harus dialamatkan kepada apa yang menjadi penyebabnya. Oleh Karena itu
setiap Analisa masalah-masalah ini untuk mengetahui penyebab permasalahan atau
profil masalahnya.[1]
Pengangguran adalah sebutan untuk suatu
keadaan dimana masyarakat tidak bekerja sama sekali, sedamg mencari pekerjaan,
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu atau seseorang yang sedang mencari
pekerjaan yang layak. Keadaan yang ideal, diharapkan besarnya kesempatan kerja
yang tersedia sama dengan besarnya angkatan kerja, sehingga semua angkatan
kerja akan mendapatkan pekerjaan. Namun pda kenyataannya keadaan tersebut sulit
untuk dicapai. Umumnya kesempatan kerja lebih sedikit dari pada angkatan kerja,
sehingga tidak semua angkatan kerja mendapatkan pekerjaan maka timbullah
pengangguran.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu
karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari
kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain
itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan
terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain: perusahaan
yang menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau
keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat inventasi,
hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain - lain
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pengangguran
Kata pengangguran tidak asing
lagi kita dengar, banyak pengangguran dimana-mana. Sebuah lembaga pendidikan
tidak dapat menjamin berkurangnya pengangguran, bahkan banyak lulusan sarjana
yang mengaggur. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan yang tinggi tidak dapat
menjamin seseorang mendapat pekerjaan. Pengangguran (UN-EMPL) adalah suatu
keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak
miliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan.[2]
Pengangguran adalah suatu
keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak
memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Menurut Sudono Sukirno
pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif
mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Pengangguran atau tuna karya adalah
istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja,
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali
menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran,
produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah - masalah sosial lainnya.
Pengangguran (unemployment) merupakan
kenyataan yang dihadapi tidak saja oleh negara-negara sedang berkembang (developing
countries), akan tetapi juga oleh negara-negara yang sudah maju (developed
countries). Secara umum, pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana seseorang yang tergolong dalam kataegori angkatan kerja (labor force)
tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan. Seseorang
yang tidak bekerja, tetapi secara aktif mencari pekerjaan tidak dapat
digolongkan sebagai pengangguran. Untuk mengukur pengangguran didalam suatu
negara biasanya digunakan apa yang dinamakan tingkat pengangguran (unemployment
rate), yaitu jumlah penganggur dinyatakan sebagai persentase dari total
angkatan kerja (labor force). Sedangkan angkatan kerja itu sendiri
adalah jumlah orang yang bekerja dan tidak bekerja, yang berada dalam kelompok
umur tertentu (di Indonesia misalnya, yang termasuk dalam angkatan kerja adalah
mereka yang berumur 10 tahun ke atas).
Pengangguran pada prinsipnya mengandung arti
hilangnya output (loss of output) dan kesengsaraan bagi orang yang tidak
bekerja (human misery), dan merupakan suatu bentuk pemborosan sumberdaya
ekonomi. Disamping memperkecil output, pengangguran juga memacu pengeluaran
pemerintah lebih tinggi untuk keperluan konpensasi pengangguran dan
kesejahteraan. Hal ini terutama terjadi di negara-negara maju dimana negara
atau pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan tunjangan bagi para
penganggur.[3]
2.2. Angkatan Kerja Dan Pengangguran
Angkatan kerja adalah bagian
dari tenaga kerja yang benar-benar mau bekerja memproduksi barang dan jasa. Di
Indonesia angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 10 tahun keatas yang benar-benar
mau bekerja. Mereka yang mau bekerja ini terdiri dari yang benar-benar bekerja
dan mereka yang tidak bekerja atau yang sedang mencari kerja.
Penduduk yang sedang mencari
kerja ini dapat disebut penganggur atau yang dikenal dengan penganggur terbuka
tau penganggur penuh. Selain pengangguran terbuka ada juga pengangguran
terselubung (setengah pengngguran). Pengangguran terselunnbung ini menuunjukan
mereka yang tidak bekerja secara penuh.
Pendekatan labor
utilazation approach (penggunaan tenaga kerja) menitikberatkan pada
seseorang apakah dia cukup dimanfaatkan daalam bekerja (under utilized). Dimana
pendekatan ini dilihat dari segi jumlah jam kerja, produktifitas kerja dan
jumlah pendapatan yang diperoleh.
Dalam pendekatan ini angkatan
kerja dibedakan atau dikelompokan menjadi 3 golongan yaitu :
1. Pengangguran terbuka (opem
unemployed) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari
pekerjan
2. Setengah menganggur (under
employed), mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi
jumlah jam kerja, produktifitas kerja dan jumlah pendapatan yang diperoleh
3. Bekerja penuh, yaitu orang yang memanfaatkan jam kerja
secara penuh dalam pekerjaanya, kurang lebih 8 jam sampai 10 jam per hari.
Setengah pengangguran dapat
digolongkan berdasarkan jumlah jam kerja, produktifitas kerja dan jumlah
pendapatan yang diperoleh. Dalam hal ini digolongkan kedalam dua kelompok yaitu
:
a. Setengah penganggur kentara
(visible underemployed), yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu.
b. Setengah pengganggur tidak
kentara (invisble undeemployed) atau disebut juga pengangguran terselubung
(disguised employed), yaitu mereka yang produktifitas kerja dan pendapatan
rendah
Keadaan semua yang tergolong
usia lebih dari 16 tahun yang aktif mencari kerja atau sedang menunngu
penarikan dari suatu pekerjaan. Dalam angkatan kerja ini bagi mereka yang tidak
bekerja disebut pengangguran. [4]
2.3. Jenis-jenis Pengangguran
Di lihat dari sebab-sebab timbulnya,
pengangguran dapat dibedakan kedalam beberapa jenis sebagai berikut:
a. Jenis
pengangguran berdasarkan penyebabnya.
- Pengangguran normal atau friksional
Pengannguran sebanyak dua atau tiga persen
dari jumlah tenaga kerja maka ekonomi itu sudah dipandang sebagai mencapai
kesempatan kerja penuh. Pengangguran sebanyak 2 atau 3% tersebut dinamalam
pengguran normal atau pengangguran friksional. Para penganggur ini tidak ada
pekerjaan bukan karena tidak memperoleh kerja, tetapi karena sedang mencari
pekerja yang lebih baik.
- Pengangguran siklikal
Dalam perekonomian adakalanya permintaan
agregat lebih tinggi, dan ini mendorong pengusaha menaikkan produksi. Lebih banyak
pekerja baru di gunakan dan pengguran berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya
permintaan agregat menurun dengan banyaknya. Kemorosatan permintaan agregat ini
mengakibatkan perusahan mengurangi tenaga kerja, maka pengguran akan bertambah.
Pengangguran seperti ini dinamakan pengangguran siklikal.
- Pengangguran struktural
Tidak semua industri dan perusahaan dalam
perekonomian akn terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran
Kemorosotan ini di timbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor. Kemorosotan
juga akan menyababkan kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun. Dan
sebagian tenaga kerja terpeksa di berhentikan dan menjadi penganggur.
Pengangguran ini dinamakan pengangguran struktural. Dinamakan demikian karena
ia disebabkan oleh perubahan struktur perubahan ekonomi.
- Pengangguran teknologi
Pengangguranteknologi
ditimbulkan karena adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan
kimia
b. Jenis
pengangguran berdasarkan cirinya
- Pengangguran terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat
pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.
Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang
tidak dapat memperoleh pekerjaan mereka menganggur secara nyata dan sepenuh
waktu dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
- Pengangguran tersembunyi
Pengangguran ini terutama berasal dari sektor
pertanian dan jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja dan jumlah
tenaga kerja yang digunakan tergantung pada banyak faktor. Dibanyak negara
berkembang sering kali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan
ekonomi adalah lebih banyak dari sebenarnya diperlukan. Kelebihan tenaga kerja
yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.
- Pengangguran bermusim
Pengangguran
ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Contohnya pada musim
hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan
terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat
mengerjakan tanahnya. Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran
bermusim
- Setengah menganggur
Setengah
menganggur yaitu pekerja-pekerja yang tidak bekerja sepenuh waktu dan jam kerja
mereka lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin bekerja 1 hingga 2 hari
seminggu atau 1 hingga 4 hari. Pekerja seperti ini digolongkan sebagai setengah
mengaggur atau underemployed.[5]
2.4. Penyebab
Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah
angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakatakan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan
cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga
dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya
GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
2.5. Konsep Pengangguran Terbuka
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal. Pengangguran terbuka juga di artikan
sebagai mereka yang benar-benar tidak bekerja baik secara sukarela ataupun
karena terpaksa.[6]
Pengangguran terbuka (Open unemployment) Pengangguran
terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Penyebabnya antara lain:
1.
Tidak
tersedianya lapangan kerja.
Hubungan antara jumlah penduduk, angkatan kerja, kesempatan kerja, dan
pengangguran: Antara jumlah penduduk, kesempatan kerja, dan pengangguran
terdapat hubungan yang sangat erat antara satu sama lain. Hubungan ini dapat
dilihat dari bahwa jumlah angkatan kerja dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk
yang telah masuk usia kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja dalam pasar
tenaga kerja. Negara yang jumlah penduduknya banyak, berarti memiliki
angkatan kerja yang banyak. Mengingat sangat terbatasnya lapangan kerja, maka
sebagian angkatan kerja tersebut tidak mendapat kesempatan kerja atau lapangan
kerja, sehingga akan terjadi pengangguran.
Intinya, jika jumlah penduduk tinggi maka
angkatan kerja akan naik atau tinggi pula, dan dengan begitu kesempatan kerja
semakin berkurang yang dikarenakan terbatasnya lapangan pekerjaan, sebagian
angkatan kerja tersebut tidak mendapat kesempatan kerja lapangan kerja, maka
akan terjadi pengangguran.
2.
Lapangan
kerja yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Budaya pilih-pilih pekerjaan Pada dasarnya
setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan. Dan lagi
ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di
Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka yang
didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi). Sehingga tidak heran
kita melihat banyak orang yang bekerja tapi tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikannya.
3.
Tidak
berusaha mencari pekerjaan secara keras karena memang malas.
Pemalas, Selain budaya memilih-milih
pekerjaan, budaya (negatif) lain yang menjamur di Indonesia adalah budaya
malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang ditempuh adalah
dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
2.6. Profil Pengangguran
Informasi mengenai profil pengangguran sangat diperlukan oleh pengambil keputusan
terutama dalam rangka penanganan dan penangulangan masalah pengangguran.
Keterangan sesungguhnya tentang pengangguran itu akan sangat membantu para perencana dalam menentukan program-program
yang tepat dalam penanganan masalah ini. Dengan mengetahui profil pengangguran
ini, pengambil kebijakan dapat lebih memfokuskan program-program penanggulangan
pengangguran menjadi lebih tepat sasaran. Dan dengan sendirinya angka
pengangguran yang tergolong sangat mengkhawatirkan saat ini dapat diatasi atau
paling tidak dikurangi.
Informasi
yang paling sesuai dengan profil pengangguran ini adalah informasi tentang
karakteristik pengangguran, baik pengangguran terbuka maupun jenis
setengah pengangguran. Karakteristik
pengangguran dapat ditinjau dari :
1. jenis kelamin
2. kelompok umur
3. Serta tipe penyebaran serta tingkat pendidikan
yang ditamatkan oleh para penganggur.
Kebijakan tentang pengangguran
1.
Pemerintah
memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa kewirausahaan kepada
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis dan manajemen memberikan
bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar. Serta pemberian fasilitas
khusus agar dapat tumbuh secara mandiri dan andal bersaing di bidangnya.
Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama dan lingkungan usaha yang
menunjang dan mendorong terwujudnya pengusaha kecil dan menengah yang mampu
mengembangkan usaha, menguasai teknologi dan informasi.
2.
Segera
melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya
daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun
fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi
para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya
potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia.
3.
Segera
membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Seperti PT
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun lembaga itu, setiap
penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus.
Secara teknis dan rinci.
4.
Segera
menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu banyak jenis
perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun
Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan disederhanakan
sehingga merangsang pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan
lapangan kerja.
5.
Mengembangkan
sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-daerah yang belum
tergali potensinya) dengan melakukan promosi-promosi keberbagai negara untuk
menarik para wisatawan asing, mengundang para investor untuk ikut
berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan
yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja daerah setempat.
6.
Melakukan
program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan usaha atau hasil
produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut maka kegiatan
proses produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena pengadaan bahan
baku bisa dilakukan secara bersama-sama. Contoh, PT Krakatau Steel dapat
bersinergi dengan PT. PAL Indonsia untuk memasok kebutuhan bahan baku berupa
pelat baja.
7.
Dengan
memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan menikah pada usia
dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru
atau melancarkan sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke daerah
yang jarang penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau
peternakan oleh pemerintah.
8.
Menyeleksi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi
secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan
tenaga-tenaga terampil. Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah
Pusat dan Daerah.
9.
Segera
harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas).
Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang
berorientasi kompetensi. Karena sebagian besar para penganggur adalah para
lulusan perguruan tinggi yang tidak siap menghadapi dunia kerja.
10. Segera mengembangkan potensi kelautan dan
pertanian. Karena Indonesia mempunyai letak geografis yang strategis yang
sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai
negara maritim dan agraris. Potensi kelautan dan pertanian Indonesia perlu
dikelola secara baik dan profesional supaya dapat menciptakan lapangan kerja
yang produktif
2.7.
Dampak Pengangguran Terhadap Ekonomi
Masyarakat
Tingginya tingkat pengangguran dalam sebuah
perekonomian akan mengakibatkan kelesuan ekonomi dan merosotnya tingkat
kesejahteraan masyarakat sebagai akibat penurunan pendapatan masyarakat. Dampak
pengangguran terhadap ekonomi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini :
a. Pendapatan Per Kapita
Orang yang menganggur berarti tidak memiliki
penghasilan sehingga hidupnya akan membebani orang lain yang bekerja. Dampaknya
adalah terjadinya penurunan pendapatan per-kapita. Dengan kata lain, bila
tingkat pengangguran tinggi maka pendapatan per kapita akan menurun dan
sebaliknya bila tingkat pengangguran rendah pendapatan per kapita akan
meningkat, dengan catatan pendapatan mereka yang masih bekerja tetap.
b. Pendapatan Negara
Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa
berupa upah/gaji, Upah/gaji tersebut sebelum sampai di tangan penerima dipotong
pajak penghasilan terlebih dahulu. Pajak ini merupakan salah satu sumber
pendapatan negara sehingga bila tidak banyak orang yang bekerja maka pendapatan
negara dari pemasukan pajak penghasilan cenderung berkurang.
c. Beban Psikologis
Semakin lama seseorang menganggur semakin
besar beban psikologis yang ditanggungnya. Orang yang memiliki pekerjaan
berarti ia memiliki status sosial di tengah-tengah masyarakat. Seseorang yang
tidak memiliki pekerjaan dalam jangka waktu lama akan merasa rendah diri (
minder ) karena statusnya yang tidak jelas.
d. Munculnya Biaya Sosial
Tingginya tingkat pengangguran akan
menimbulkan pengeluaran berupa biaya-biaya sosial seperti biaya pengadaan
penyuluhan, biaya pelatihan, dan biaya keamanan sebagai akibat kecenderungan
meningkatnya tindak kriminalitas.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan
yang dialami oleh banyak negara. Begitu seriusnya maslah ini sehingga dalam
setiap rencana pembangunan ekonomi masyarakat selalu dikatakan dengan tujuan
untuk menurunkan angka pengangguran.
Konsep Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan
cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi,
(Jakarta : Raja Wali Pers, 2013)
Sumarsono, Sony , Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia,
(Yogyakarta : graha ilmu)
[1] Sony Sumarsono , Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia,
(Yogyakarta : graha ilmu), hlm : 49
[2] Ibid, hlm.129
[3] Muana Nanga, Makro Ekonomi (Teori, Masalah, dan Kebijakan), (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005), Hlm: 249
[4] Sony sumardono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia,
hlm. 49
[5] Sadono Sukirno, MAKRO EKONOMI, (Jakarta : Raja Wali Pers, 2013),
hlm: 328-330
[6] Sony sumardono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia,
hlm. 260
[7] Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Aceh Tahun 2013-2015. Aceh: Badan Pusat
Statistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar